DRAMA PERANG DUNIA KE 2



DRAMA PERANG DUNIA KE 2


Perang dunia 2 merupakan perang terbesar sepanjang abad kehidupan manusia. Banyak Negara yang terlibat salah satunya Jepang. Keterlibatan Jepang dalam perang dunia 2 akan membawa pengaruh bagi Bangsa Indonesia. Pada aksi penyerangan di Asia Tenggara, Indonesia yang saat itu di bawah kedudukan belanda berhasil di duduki. Selain itu, ketika berada di bawah pendudukan Jepang rakyat Indonesia sangat menderita. Inilah yang menyebabkan rakyat Indonesia menginginkan kemerdekaan  Indonesia.
Pada awal perang Dunia II jepang seakan berada di atas angin. Namun pada akhir tahun 1944 kedudukan Jepang semakin terdesak. Keadaan di Negeri Jepang semakin buruk moral masyarakat menurun. Hal-hal yang tidak menguntungkan menyebabkan jatuhnya kebinet Tojo pada tanggal 17-Juli-1944, dan digantikan oleh jenderal  Kuniaki Koiso. Menghadapi situasi yang gawat tersebut, Kuniaki koiso bersama Letnan Kumaciki Harada berunding tentang memberikan janji kemerdekaan.

SCENE I. JEPANG BERNIAT MEMBERIKAN KEMERDEKAAN

Kuniaki koiso        : “Letnan, dalam situasi yang mendesak ini, bagaimana kalau kita menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia?”
Kumakici               : “Tapi, apakah mungkin kita menggunakan cara seperti itu? Menurutku, itu sangatlah merugikan bagi kita.”
Kuniaki koiso        : “Hahha :D, itu taktik letnan. Sudah lah percayakan ini kepadaku. Tapi aku tidak bisa meyakinkan rakyat Indonesia, Letnan saja yang meyakinkan.”
Kumakici               : “Hahha, memang mukamu tidak meyakinkan. Ya sudah besok saya adakan pertemuan bersama rakyat Indonesia”
tanggal 1 maret 1945 mereka berkumpul.  Rakyat Indonesia diwakili oleh K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dan Ir. Soekarno, Muh Yamin, Prof. Dr. Soepomo

SCENE 2 . JEPANG MENGADAKAN PERTEMUAN DENGAN TOKOH INDONESIA

Kumakici               : “Ehm, saya mengadakan pertemuan ini untuk memberikan janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia.”
KRT Radjiman      : “Tunggu, apa maksud anda tiba-tiba memberikan janji kemerdekaan?”
Kuniaki Koiso       : “Eh, jangan berburuk sangka dulu dong. Ini juga yang terbaik buat Indonesia. “
Kumakici               :” Iya, tenang saja. Bagaimana kalau kita membentuk Badan Penyelidikan Usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia? Dengan badan itu kalian bersama-sama menyelidiki hal-hal yang mengenai kemerdekaan Indonesia seperti ekonomi, politik, dan sosial”
Ir.Soekarno           : “Iya, saya setuju. Kalau begitu sekarang saja dibentuk kepengurusan BPUPKI.”
Kuniaki Koiso       : “Bagaimana kalau KRT.Radjiman Wedyodiningrat saja yang menjadi ketuanya??
KRT Radjiman      : Baiklah saya bersedia, Terimakasih telah memberikan kepercayaan kepada saya.”
Ir.Soekarno           : “Kita sepakat yang menjadi ketua muda adalah Ichibangase dan R.P Suroso. “
Ichibangase          :  “Lalu kapan kita mengadakan sidang pertama BPUPKI?”
KRT.Radjiman      : “Oke, saya putuskan sidang  pertama BPUPKI tanggal 29 MEI – 1 juni 1945. Dan saya akhiri pertemuan sekarang. Wassalamualaikum wr wb.”

SCENE 3.

Kemudian , BPUPKI dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sang In yang dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI dan dua pembesar Jepang. Keesokan harinya, diadakan sidang BPUPKI yang pertama. Sidang ini merumuskan Undang-Undang Dasar yang dimulai dengan membahas dasar Negara Indonesia. Dasar Negara pertama dikemukakan oleh Muh, Yamin.

Muh yamin            :” Assalamualaikum wr wb. Saya ingin mengemukakan dasar  Negara Indonesia yaitu sebagai berikut :
Peri Kebangsaan
Peri kemanusiaan
Peri ketuhanan
Peri kerakyatan
Kesejahteraan rakyat”
KRT.Radjiman      : “Mungkin ada yang ingin mengemukakan lagi? Kalau tidak dilanjutkan pada tanggal 31 Mei. (rapat bubar)”

Kemudian pada tanggal 31 Mei 1945, sidang dilanjutkan lagi dan Prof.Dr. Soepomo mengemukakan dasar negaranya.

Prof Soepomo     :” Ass wr wb, saya ingin menyampaikan dasar Negara Indonesia. Semoga dapat diterima dengan baik. Inilah dasar Negara yang saya usulkan :
Persatuan
Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin
Musyawarah
Keadilan rakyat”
Ir. Soekarno          : “Sebenarnya hari ini saya ingin mengemukakan dasar Negara, dikarenakan waktunya sudah tidak memungkinkan jadi saya putuskan mengemukakan dasar negaranya dilanjutkan besok.”
KRT.Radjiman      : “Ya, benar sekali. Ok, sidang kita tutup, assalamualaikum wr wb”

Keesokan harinya pada tanggal 1 Juni 1945 yang merupakan rapat terakhir dalam sidang pertama, Ir. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan perumusan dasar Negara Indonesia merdeka.

Ir.Soekarno           : “Assalamualaikum Wr wb, berikut adalah dasar Negara yang saya usulkan.
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme atau perikemanusiaan
Mufakat atau demokrasi
Kesejahteraan social
Ketuhanan yang maha Esa
Saya juga ingin mengusulkan nama untuk dasar Negara itu,, yaitu PANCASILA. Apakah semua setuju?”
KRT.Radjiman      : “Ya saya setuju, lagi pula usulan anda tentang dasar Negara anda, merupakan penyempurnaan dari usulan Prof.Soepomo dan Muh.Yamin. Dan saya rasa memilih PANCASILA sebagai nama dasar Negara juga pas.”
Prof.Soepomo     : “Jadi hari ini juga sidang BPUPKI periode pertama berakhir.”

Ir.Soekarno melaporkan bahwa pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia kecil itu mengadakan pertemuan dengan 38 anggota BPUPKI. Dalam pertemuan itu pula berbentuk panitia kecil lain yang berjumlah 9 orang, yang kemudian dikenal dengan Panitia Sembilan.
Panitia 9 ini berkumpul menyusun rumusan negara berdasar pemandangan umum para anggota. Akhirmya, mereka berhasil merumuskan maksud & tujuan pembentukan negara Indonesia merdeka
Soekarno              : “saudara-saudara anggota panitia sembilan, terima kasih karena saudara bissa berkumpul di sini untuk meyempurnakan dasar-dasar negara kita.”
Setelah BPUPKI dibubarkan, maka untuk menangani tugas selanjutnya dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahsa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai pada tanggal 7 Agustus 1945,dengan tugas melanjutkan pekerjaan BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan kemerdekaan atau pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada Indonesia.
Pembentukan PPKI ini langsung ditangani oleh Marsekal Terauci,yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi bala tentara Jepang di Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalath,Vietnam. Pada tanggal 9 Agustus 1945 ,dalam rangka peresmian PPKI,Ir Sukarno, Drs. Moh Hatta dan Dr.Radjiman Wedyodiningrat dipanggil menghadap Terauci ke Dalath,Vietnam. Dalam pertemuan tanggal 12 Augtus1945, kepada para pemimpin bangsa kita Marsekal Terauci menyampaikan hal hal mengenai janji kemerdekaan.
Terauchi                : ”Aah, Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Dr. Radjiman. Selamat datang di Dalath. Bagaimana perjalanan anda?”
Soekarno              : ”Baik-baik saja, Panglima. Bagaimana kabar anda?”
Terauchi                : ”Saya  baik, mari silahkan duduk (mempersilahkan duduk)”
Dr. Radjiman        : ”Jadi, apakah kami dipanggil kemari dalam rangka peresmian PPKI?”
Terauchi                : ”ya, benar sekali, Dr. Dan ada beberapa hal yang harus saya sampaikan juga”
Moh. Hatta            : “Apakah hal yang anda ingin sampaikan, panglima?”
Terauchi                : “Kami telah memutuskan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia., dan untuk pelaksanaan kemerdekaan tersebut, kami telah membentuk PPKI. “
Dr. Radjiman        : “lalu bagaimana pelaksanaan kemerdekaannya?”
Terauchi                : ” Pelaksanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur angsur di mulai dari pulau Jawa kemudian pulau pulau lainnya, dan kelak wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas Hindia Belanda. Pelaksanaan kemerdekaan berkisar tanggal 24 Agustus 1945”
Soekarno              : ”Baiklah, kami paham. Terima kasih atas kebaikan hati anda. Kami pamit dulu, panglima”

SCENE 4

Radio bawah tanah: Kekalahan Jepang dalam perang pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari
Tenno Heika         : “ (suara radio) Dengan menyesal kali ini saya umumkan bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu tanpa syarat, akibat pemboman yang dilakukan Sekutu pada tanggal 6 Agustus di Hiroshima, dan tanggal 9 Agustus di Nagasaki”

Setelah mendengar berita ini, Chaerul Saleh langsung memberitakan kabar tersebut kepada golongan pemuda.

Chairul Saleh       : “Apakah kalian sudah mendengar tentang berita kekalahan Jepang ?”
Sukarni : “Benarkah ? Apa yang terjadi dengan Jepang ?”
Sutan Syahrir       : “Pada hari ini Kota Hirosima dan Nagasaki telah di bom atom oleh sekutu”
Sukarni                  : “Kalau begitu kita harus segera menyuruh Bung Karno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini.”

Maka golongan muda yang ingin cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan, segera mengadakan rapat di salah satu ruangan lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada pukul 20.00. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh. Peserta rapat antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, dan lainnya.

Chaerul Saleh      : “Kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia sendiri, segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputus!”
Yusuf K. : “Kita juga perlu beruding dengan Ir. Sukarno dan Mohammad Hatta, agar kelompok pemuda diikut sertkan .”
Wikana                  : “Baiklah, rapat dibubarkan.”
Yusuf K. : “siap”

SCENE 5

Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan.


Sutan Syahrir       : “assalamu’alaikum , ?”
Fatmawati             : “(fatmawati membukan pintu )waalaikumSalam ! “
Sutan syahrir        : “maaf bu, apakah Bungkarnonya ada , kami ingin bertemu dengannya.”
Fatmawati             : “yah kang mas ada didalam, memang ada apa yah mencari kang mas”
Chairul Saleh       : Begini Bu  ada hal  yang penting   yang harus kami bicarakan dengan nya.”
Fatmawati             : “oh kalau begitu   ya sudah ayo slahkan masuk, silahkan duduk”
Fatmawati             : “kalau begitu saya panggilkan dulu kangmas”

Fatmawati akhirnya pergi meninggalkan para pemuda di ruang tamu dan kemudian ia menemui Soekarno

Soekarno              : “(saat fatmawati menghampiri Soekarno di ruang baca. ) Siapa Bu yang datang?”
Fatmawati             : “itu para pemuda datang mereka ingin  berbicara penting katanya”
Soekarno              : (Soekarno kemudian beranjak dari kursi dan pergi untuk menghampiri para pemuda )

Akhirnya Soekarno datang bersama fatmawati kemudian para pemuda berjabat tangan dengan Soekarno. Dan menceritakan maksud kedatangan mereka. Fatmawatipun pergi meninggalkan Soekarno dan para pemuda.

Soekarno              : “Saya dengar dari istri saya katanya ada yang ingin kalian bicarakan, memang apa?”
Chairul saleh        : “Kami ingin membicarakan tentang keinginan kami untuk secepatnya Indonesia memperoklamsikan kemerdekaannya”
Soekarno              : “Maksud kalian apa ?saya tidak mengerti.”
Chairul saleh        : “maksud kami adalah menginginkan  agar secepatnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya”
Soekarno              : “Lalu kenapa kalian ingin memproklamasikan kemerdekaan Indonesia?”
Sutan sahir           : “Karena inilah kesempatan yang baik bagi kita semua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena Jepang sudah menyerah pada sekutu”
Soekarno              : “Apa kalian tidak memikirkan bahaya apa saja apabila bila kita tetap nekad memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Apa lagi kekuatan militer Jepang yang masih berada di Indonesia mampu menggagalkan rencana untuk memperoklamasikan Indonesia!”
Sutan sahir           : “Yang jelas kami menginginkan kemerdekaan Indonesia secepatnya!”
Soekarno              : “Apa ini tidak terlalu tergesa-gesa ! sedangkan kebenaran berita menyerahkan Jepang kepada sekutu masih di ragukan, lebih baik kita cek dahulu dari sumber yang resmi”
Sutan sahir           : “Jadi usulan kami belum dapat di setujui tapi saya yakin berita tersebut benar adanya”
Soekarno              : “Nanti saja kita bicarakan lagi lebih lanjut dengan anggota PPKI lainnya karena saya sendiri tidak bisa mengambil keputusan sendiri.”
Sutan Sahir           : “Ya sudah kalau memang keputusan Bung Karno seperti itu apa boleh buat”
Chairul saleh        : “Mungkin pembicaraan ini kita cukupkan sekian saja karena sudah terlalu malam. Sebelumnya kami meminta maaf mungkin kedatangan kami menganggu waktu istirahat Bung”
Soekarno              : “Tidak apa-apa, silahkan!” (Merekapun berjabat tangan dan berpamitan pulang)

SCENE 6

Babak 1          : Perdebatan golongan tuan dengan golongan muda

Setelah mendengar berita kekalahan Jepang, Chairul Shaleh segera merencanakan pertemuan dengan anggota golongan muda lainnya untuk membicarakan masalah proklamasi kemerdekaan. Pertemuan ini dilangsungkan di Jalan Pegangsaan Tinur No. 17 Jakarta pukul 20.00 WIB.

Chairul Shaleh             : Teman-teman sekalian, sudahkah kalian mendengar berita tentang kekalahan Jepang ?

Wikana                        : Belum, kawan . Darimana engkau tahu tentang itu ?

Chairul Shaleh             : Barusan saya dan Sukarni berkumpul dengan Syahrir, ia mendengar siaran radio Jepang yang mengumumkan berita tentang genjatan senjata itu.

Darwis                         : Berarti negeri kita sekarang dalam kondisi vacuum of power ?

Chairul Shaleh             : Benar. Demikian, saya mengumpulkan kalian semua disini untuk membicarakan masalah itu. Kita harus memanfaatkan situasi ini untuk memproklamirkan kemerdekaan.

Sukarni                        : Tepat sekali . Kalau begitu, kita harus membagi tugas. Wikana dan Chairul , kalian harus pergi ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini.
Saya dan Bung Darwis akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari Jepang.

Kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No.56 Jakarta pukul 22.00 WIB. Terjadi Perdebatan serius antara golongan pemuda dengan Soekarno

Wikana                        : Kita harus memproklamirkan kemerdekaan sekarang , Bung !

Soekarno                     : Ini batang leherku, seretlah aku ke pojok itu sekarang dan potong leherku malam ini juga ! Kamu tidak perlu menunggu hingga esok hari !

Chairul            Shaleh                        : Tapi ini saat yang tepat, Bung. Jepang sudah kalah oleh Sekutu dan tak ada kuasa lagi di negeri ini. Mengapa harus menunggu ? Rakyat sudah banyak menderita akibat penjajahan ini..

Moh. Hatta                  : Jepang adalah masa yang silam. Belum lagi kita harus menghadapi Belanda yang hendak kembali berkuasa di negeri ini. Jika Saudara tidak setuju dengan apa yang saya katakan, dan mengira diri Saudara telah sanggup menopang kekuatan sendiri, Mengapa datang pada Soekarno dan memintanya untuk memproklamirkan kemerdekaan?

Chairul Shaleh             : Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan bangsa ini ? Kita bisa, Bung . Kita harus bangkit dan memproklamirkan kemerdekaan sendiri . Mengapa harus menunggu janji manis itu ? Jepang sendiri bahkan telah kalah dalam “Perang Suci” nya !

Soekarno                     : Kekuatan segelintir ini takkan mampu mengalahkan armada perang milik Jepang ! Coba kau perlihatkan padaku, mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakanmu untuk menyelamatkan wanita dan anak-anak jika ternyata terjadi pertumpahan darah ? Bagaimana cara kita nanti untuk mempertahankan kemerdekaan ? Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri.

Wikana                        : Tapi semakin cepat kita memproklamasikan kemerdekaan akan semakin cepat pula kita mengakhiri penderitaan rakyat yang sudah ditanggung selama ini.. Inilah yang sudah ditunggu-tunggu bangsa kita, Bung.

Moh. Hatta                  : Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.

Kemudian para anggota golongan tua yang berada di kediaman Soekarno langsung membicarakan permasalahan tersebut.

Moh. Hatta                  : Bagaimana ini ? Para pemuda menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.

Soekarno                     : Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Mr. Soebardjo             : Saya setuju. Menurut saya, yang terpenting sekarang adalah menghadapi Sekutu yang hendak berniat kembali berkuasa di negeri ini. Selain itu, masalah kemerdekaan sebaiknya dibicarakan lagi dalam sidang PPKI 18 Agustus mendatang.

Iwa Kusumasumantri  : Lalu bagaimana dengan pendapat golongan muda ? Apa kita abaikan saja ?

Djojo Pranoto              : Ya, lagipula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?

Iwa Kusumasumantri  : Baiklah , Bung. Berarti kita semua sudah sepakat.

Setelah selesai berunding, para golongan tua segera menemui para anggota golongan muda yang menunggu di luar ruangan.

Moh. Hatta                  : Setelah kami berunding tadi, kami memutuskan untuk tidak tergesa-gesa mengenai hal proklamasi kemerdekaan. Hal ini masih akan dibicarakan lagi dalam sidang PPKI.

BABAK 2       : Penculikkan Soekarno dan Moh. Hatta oleh para pemuda.

              Dengan berat hati mendengar keputusan tersebut, para pemuda pun meninggalkan kediaman Soekarno. Tetapi mereka tidak putus asa. Mereka pun menyusun strategi bagaimana membujuk Soekarno dan Moh. Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengasingkan kedua tokoh itu ke Rengasdengklok agar terhindar dari desakan pemuda dan pengaruh Jepang di Jakarta.

Tanggal 16 Agustus 1945 Pukul 04.00 WIB, kediaman Soekarno

Chairul Shaleh             : Assalamualaikum ..

Moh. Hatta                  : Waalaikumsalam. Ada apa Saudara datang sepagi ini ?

Darwis                         : Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut kami menuju tempat pengasingan.

Soekarno                     : Tempat pengasingan ? Apa yang Saudara maksudkan ?

Chairul Shaleh             : Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar terhindar dari ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.

Moh. Hatta                  : Baiklah, kami akan ikut.

Darwis                         : Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk menjamin keselamatan mereka.

Soekarno                     : Baiklah, saya akan mengajak mereka.

Hilangnya Soekarno dan Moh. Hatta secara misterius pagi itu,menimbulkan kepanikan di kalangan para pemimpin di Jakarta. Peristiwa ini baru diketahui oleh Mr. Ahmad Soebardjo pukul 08.00 pagi.

Mr. Soebardjo             : Apakah Saudara tahu keberadaan Soekarno dan Bung Hatta ?

Wikana                        : Maaf, saya tidak tahu, Bung.

Mr. Soebardjo             : Katakanlah kepadaku dimana mereka sekarang, dan aku akan menjamin keselamatan mereka ketika kembali ke Jakarta, dan aku akan menjamin kemerdekaan untuk kalian esok harinya.

Sudiro                         : Akankah Anda bersumpah untuk itu ?

Mr. Soebardjo             : Kau bisa percaya padaku, Nak

Wikana                        : Baiklah, kami akan menunjukkan tempatnya, di Rengasdengklok.

Mr. Soebardjo             : (memanggil salah seorang pemuda) Hei, Nak ! Tolong antarkan kami ke Rengasdengklok.

Yusuf Kunto               : Maaf, saya, Pak ? Baik, kalau begitu naiklah (Mr. Soebardjo naik ke mobil beserta Wikana dan Sudiro kemudian berangkat menuju Rengasdengklok)
BABAK 3       : Perundingan dengan Soekarno di Rengasdengklok

Soekarno                     : Nah , jelaskan sekarang mengapa Saudara sekalian membawa kami kesini.

Chairul Shaleh             : Maafkan kelancangan kami, Bung . Ini demi keselamatan Anda.

Darwis                         : Kami ingin membicarakan masalah proklamasi kembali.

Moh. Hatta                  : Bukankah tempo hari sudah kami katakan kepada kalian, masalah kemerdekaan masih akan dibicarakan dalam sidang PPKI ?

Chairul Shaleh             : Memang benar adanya. Tetapi kami semua berpendapat, Mengapa menunggu untuk di merdekakan oleh Jepang ? Mengapa menunggu hasil sidang PPKI, kalau kita bisa bergerak dengan kekuatan sendiri ? PPKI itu bentukan Jepang, Bung. Kami ingin memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan dari Jepang.

Soekarno                     : Pendapat itu benar. Namun, kita masih terlalu dini untuk memproklamasikan kemerdekaan. Selain itu kita belum siap dan masih membutuhkan bantuan dari Jepang untuk merdeka.

Darwis                         : Bagaimana bila perkataan Jepang tentang kemerdekaan bangsa kita hanya janji manis belaka ? Apa yang akan Anda lakukan ?

Sukarni                        : Apakah akan selamanya menunggu janji itu, Bung ? Kita harus memproklamasikan kemerdekaan sekarang juga, demi rakyat yang sudah bertahun-tahun terbelenggu oleh penjajahan di Tanah Air mereka sendiri ! Mereka berhak bebas, dan sekaranglah saatnya !

Syodanco Singgih       : Tenang Saudara sekalian. Mari bicarakan semuanya dengan kepala dingin, tidak perlu ada ketegangan , ok ?

(Syodanco Singgih membawa Soekarno dan Moh. Hatta menjauh dari perdebatan itu, kemudian mereka berunding)

Syodanco Singgih       : Saya mengerti perhitungan Anda berdua mengenai masalah proklamasi ini, kita memang belum mempertimbangkan semuanya dengan matang. Tapi saya percaya kita dapat bangkit dan memanfaatkan situasi ini. Kesempatan tidak akan datang dua kali, Bung . Apa yang mereka katakan benar adanya dan saya mendukung mereka.

Moh. Hatta                  : Tetapi, apakah kita bisa?Akankah ini semua mungkin dilakukan ?

Syodanco Singgih       : Tentu mungkin, Bung . Asal kita berusaha tentu akan kita temukan jalan keluarnya. Lagipula, para pemuda di Jakarta sedang menyusun strategi pertahanan untuk mencegah serangan dari Jepang ataupun sekutu yang tidak menerima proklamasi bangsa kita.

Soekarno                     : Baiklah, saya setuju. Kita akan memproklamasikan kemerdekaan tanpa ada campur tangan Jepang.

Pada pukul 17.30 WIB , rombongan dari Jakarta tiba di Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Moh. Hatta.

Mr. Soebardjo             : Syukurlah kalian semua baik-baik saja. Jadi bagaimana keputusannya ?

Moh. Hatta                  : Kami setuju kemerdekaan akan dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang.

Mr. Soebardjo             : Lalu, Kapan kita akan melaksanakannya? Menurut saya, bagaimana jika besok ? Pasukan pemuda di Jakarta sudah bersiap.

Soekarno                     : Jika mungkin, ya kita akan melaksanakannya esok pagi.

Selesailah perundingan di Rengasdengklok. Semua anggota golongan tua maupun muda kembali ke Jakarta untuk membahas lanjut rencana proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.

SCENE 7  : Rumah Laksamana Maeda (Perumusan Teks Proklamasi)

Tanggal 16 Agustus 1945 pukul 23.00 WIB, rombongan tiba di Jakarta.

Mr. Soebardjo             : Bagaimana kita membicarakan naskah proklamasi untuk mendeklarasikan kemerdekaan kita ?

Chairul Shaleh             : Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah malam dan pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan sekarang, apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana proklamasi.

Mr. Soebardjo             : Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang, Laksamana Maeda.

(Rombongan kemudian berangkat ke rumah Laksamana Maeda di Jl. Imam Bonjol No.1)


Mr. Soebardjo             : (mengetuk pintu)

Laksamana Maeda      : Selamat malam, Ada apa, Bung ?

Mr. Soebardjo             : Maaf kami mengganggu Anda malam-malam begini. Kami perlu tempat untuk membicarakan rencana kemerdekaan yang akan dilangsungkan esok hari.

Laksamana Maeda      : Benarkah itu ? Kalau begitu,masuklah. Saya turut gembira mendengar kabar ini . Silakan gunakan ruangan yang kalian butuhkan. Saya akan pergi istirahat dulu.

Chairul Shaleh             : Terimakasih, Pak Perwira.

               Perumusan Teks Proklamasi dilakukan di rumah makan Maeda. Tiga eksponen pemuda yaitu Sukarni, Sudiro, dan B.M Diah menyaksikan Soekarno, Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo membahas perumusan naskah proklamasi.

         Acara Perumusan naskah proklamasi berjalan lancar.Tidak ditemukan kesulitan untuk menemukan rumusan yang tepat. Sebagai hasil pembicaraan mereka bertiga, di perolehlah rumusan yang di tulis tangan oleh Soekarno.

         Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB, dibacakanlah rumusan naskah proklamasi untuk yang pertama kalinya di depan para hadirin yang berada di rumah Maeda yang langsung disetujui. Namun kemudian timbullah persoalan tentang siapa saja yang akan menandatangani naskah proklamasi.

Chairul Shaleh             : Menurut saya, sebaiknya naskah ini jangan ditandatangani oleh anggota PPKI.

B.M Diah                    : Memang kenapa ? Lantas siapa yang akan menandatanganinya?

Chairul Shaleh             : PPKI kan lembaga bentukkan Jepang . Kita sudah sepakat tadi untuk melaksanakan proklamasi tanpa campur tangan Jepang.

Mr. Soebardjo             : Kau benar, Nak. Bagaimana ini , Bung ?

Soekarno                     : Adakah dari kalian yang punya pendapat untuk menyelesaikan masalah ini?

Sukarni                        : Bagaimana jika naskah ini ditandatangani oleh hadirin yang datang saat ini? Seperti Amerika ketika menandatangani teks deklarasinya.

Moh.Hatta                   : Jangan, kita tidak boleh meniru. Kita harus berbeda dari bangsa lain.

Wikana                        : Lalu bagaimana, Bung Karno ?

Soekarno                     : Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia berarti “Atas nama bangsa Indonesia”

Sukarni                        : Saya setuju, dan saya punya usul. Yang menandatangani teks cukup dua orang saja yaitu Anda dan Bung Hatta sebagai wakil dari bangsa Indonesia. Bagaimana ?

Soekarno                     : Usul yang bagus . Bagaimana hadirin ?

Hadirin (semua)          : Kami setuju !!!

Setelah  semuanya setuju, Soekarno memerintahkan Sayuti Melik untuk mengetik teks proklamasi

Soekarno                     : Tolong kau ketik teks proklamasi ini. Jagalah teks ini baik-baik.

Sayuti Melik                : Baik, Bung . (dengan segera mengetik teks tersebut)

Sayuti Melik pun mengetik teks tersebut. Semua persiapan proklamasi rampung pada pukul 04.30 WIB. Lalu, semua hadirin pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan gembira. Kemudian para pemuda mengirimkan kurir-kurir untuk menyampaikan bahwa saat proklamasi telah tiba. Mereka juga mengatur pelaksanaan penyiaran berita proklamasi kemerdekaan. Menyebarkan beberapa pamfleet ke penjuru Jakarta dan sekitarnya. Pengeras suara diusahakan adanya. Semua dilakukan agar rakyat dapat turut menyaksikan momen paling berharga untuk bangsa Indonesia

Pada saat yang sama, Soekarno dan Ibu Fatmawati sampai di kediaman mereka dan berbincang sejenak.


Soekarno                     : Alhamdulillah akhirnya semua berjalan dengan lancar. Terimakasih ibu telah menemani saya di saat-saat yang cukup menguras pikiran ini.

Ibu Fatmawati             : Iya, terimakasih Gusti Allah yang telah memberikan jalan pada bangsa kita untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh iya pak, apakah kalian sudah merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung ?

Soekarno                     : Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti akan di iringi lagu Indonesia Raya karya Bung Supratman.

Ibu Fatmawati             : Bukankah kita belum punya bendera ? lantas bagaimana ?

Soekarno                     : Ya ampun , Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana jika Ibu saja yang menjahitkan bendera ?

Ibu Fatmawati             : Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain merah dan putih. Apa tidak apa-apa?

Soekarno                     : Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting kita sudah berusaha untuk menyediakannya.

Ibu Fatmawati             : Baiklah, Pak. Dan, Ibu punya ide. Kita namakan saja bendera nya “Sang Saka Merah Putih”. Bagaimana ?


Soekarno                     : Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang Saka” dan warna nya merah putih , menjadi “Sang Saka Merah Putih” , Brilian !

Ibu Fatmawati : Ya sudah, sebaiknya Bapak bersiap sana. Menyusun pidato yang nanti akan bapak bacakan.

SCENE 8

Tanggal 17 Agustus, menjelang detik-detik proklamasi, Upacara akan segera dimulai. Upacara itu berlangsung sederhana.

Latif H.                   : “Mr. Kasman?”
Kasman S.            : “Ya, ada apa Latif?”
Latif H.                   : “Saya minta kesungguhan bapak untuk menjaga momen terpenting dalam sejarah bangsa Indonesia ini”
Kasman S.            : “baiklah, saya paham.”

Maka upacara pun dimulai

Latief H. : “Para pemuda-pemuda yang gagah berani, silahkan kalian berdiri!” (para pemuda berdiri dengan sikap sempurna) “Kepada Bung Karno dan Bung Hatta, silahkan maju beberapa langkah mendekati mikrofon”

Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi. Pembacaan naskah proklamasi dilakukan pukul 12.00 waktu Tokyo, atau pukul 10.00 WIB.

Soekarno              : Saudara-saudara sekalian ! saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia , permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami:


PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945.
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.”


Tak lama kemudian, Ir. Soekarno menyuruh S.K Trimurti untuk mengibarkan bendera merah putih. Namun S.K. Trimurti menolak. Tanpa ada yang menyuruh, Latief Hendraningrat maju bersama Suhud, mengibarkan bendera Merah Putih jahitan Ibu Fatmawati di kediaman Ir. Soekarno, Jalan Pegangsaan timur No. 56, Jakarta.

Seluruh hadirin    : (menyanyikan Indoesia Raya)


Dengan diiringi nyanyian lagu Indonesia Raya pengibaran bendera sang Merah Putih terkesan khidmat.


Latif H.                   :“dan sekarang, mari kita dengarkan sambutan dari Wakil Walikota Suwirjo, dan Dr. Muwardi”
Muwardi                                : “Ass.Wr.Wb. Saya selaku wakil kaum pemuda Indonesia sangat bersyukur kepada yang terhormat Insinyur Soekarno dan Moh. Hatta, yang telah bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada hari ini. Ini semua karena berkat Allah SWT, yang dengan rahmatNya kami semua dapat berkumpul  menyaksikan Upacara terpenting dalam sejarah kita, bangsa Indonesia. Karena setelah berabad-abad di jajah oleh bangsa asing, akhirnya pada hari bersejarah ini, bangsa Indonesia secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya, dan secara resmi pula, kita terbebas dari belenggu para penjajah! MERDEKA! Wass.Wr.Wb.”
(seluruh hadirin bertepuk tangan)
Soewirdjo              : “Ass.Wr.Wb. Selamat bagi bangsa Indonesia, yang pada hari ini secara resmi telah menyatakan kemerdekaannya. Seperti yang telah disampaikan oleh Dr. Muwardi, saya mengucapkan syukur, dan juga saya sangat berterimakasih kepada baik golongan muda maupun golongan tua, yang telah mempersiapkan kemerdekaan dengan waktu yang sangat sempit. Namun dengan bantuan rahmat Allah SWT, akhirnya proklamasi pun kini telah resmi dinyatakan. Terima kasih pula atas kebaikan nyonya Fatmawati, yang telah menjahitkan bendera pusaka, sang Saka Meah Putih, lambang kebanggaan bangsa kita.
Saya rasa sekian sambutan dari saya, dan sekali lagi, selamat untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.”

Lalu serempak mereka bersorak bahagia. Rasa haru menyelimuti di setiap hati mereka. Betapa tidak, angan – angan mereka tentang Negara yang merdeka akhirnya kini terwujud. Sejak saat itu Indonesia menjadi bangsa yang merdeka…



Komentar

Posting Komentar